MLKI – Orang bijak adalah orang yang mampu berbuat benar dan akan lebih tegar menghadapi masalah seperti covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia saat ini.
Ketegaran seorang yang mengenal nilai-nilai spiritual sebagai penghayat, reflek pertama pasti dengan kejernihan batin introspeksi, mawas diri apa sebab kejadian luar biasa ini, semua kejadian tentang bencana apapun tentu kehendak Tuhan Yang Maha Esa, seperti tsunami, gempa bumi, termasuk wabah covid-19 saat ini.
Simultan dengan itu adalah menata batin bersembah kepada Tuhan Yang Maha Esa mohon ampunanNya dan mohon bimbingan petunjuk dalam kecerdasan spiritual jawaban tentang musibah apakah ini hanya alam semesta, atau jagad gedhe dan jagad cilik tidak harmoni lagi, apabila itu yang terjadi, ketidakharmonisan jagad cilik dan jagad gedhe tentu ada peringatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Melihat manusia dengan berbagai perangkatnya yang berkewajiban mengatur jagad cilik rupanya telah bias, lepas dari martabat kemanusiaan yang wajib menata keseimbangan jagad, terjadi banyak kemiskinan disatu sisi, tetapi banyak manusia yang serakah hanya mengumpulkan duniawi melupakan kewajiban sebagai manusia seutuhnya, bahkan melupakan Tuhannya, sudah merasa berTuhan asal cukup mengikuti ritual agar disebut manusia religius tanpa pendalaman spiritualnya, juga pada zaman ini muncul ritual menjadi paket bisnis untuk kepentingan keuntungan materi pribadi, bahkan paket tersebut berbias membedakan agama yang satu dengan agama yang lain.
Baru setelah melihat wabah yang sangat mengkhawatirkan kehidupan semua umat manusia dari berbagai tingkat dan golongan, yang berbeda suku ras dan agama mereka baru bersama-sama memahami bahwa corona-19 adalah peringatan Tuhan agar manusia kembali dalam kesadaran seutuhnya yang harus sadar esensinya kembali belajar hanya bersembah kepadaNya.
Kebersamaan dan keprihatinan ini komite tertinggi persaudaraan manusia (HCHH) mengorganisasikan jadwal do’a bersama diseluruh dunia pada tanggal 14 Mei 2020 yang lalu kebetulan dalam bulan suci Ramadhan, bahkan Paus Fransiskus menyerukan umat semua agama bersatu pada hari Kamis itu berpuasa dan berdoa bersama mohon pertolongan Tuhan untuk mengakhiri pandemi virus corona-19 ini.
Ketegaran sikap spiritual ini juga menyadari pandemi corona-19 akan dampak dengan multi player efek yang berat bagi masyarakat psikis, ekonomi, sosial dan budaya, untuk itu harus tanggap melakukan evaluasi dan jalan keluar minimal membangun ketenangan masyarakat.
Jalan keluar utama tidak hanya ketahanan fisik tetapi juga ketahanan mental dan budaya, karena tekanan sosial pasti akan muncul dan harus ditanggapi dengan bijaksana, baik oleh pemimpin pemerintahan maupun masyarakat itu sendiri.
Setelah dampak covid-19 ini pemulihannya pasti akan memerlukan waktu yang panjang, pemulihan kesehatan kemungkinan 6 bulan baru tuntas, tetapi dampak pada masyarakat akan memakan waktu cukup lama terutama pemulihan sosial, ekonomi.
Prediksi Dunia Usaha Indonesia apabila situasi tidak berubah hingga akhir Juni 2020 dan peraturan pemerintah kurang bijak mereka angkat tangan dan ini sangat menyebabkan pengangguran luar biasa.
Sri Mulyani juga memprediksi dampak covid-19 ini pertumbuhan ekonomi Negara akan ada dikisaran 2,3% bahkan bisa minus, inipun sama, yang seharusnya tersedia lapangan kerja baru malah pengangguran yang bakal kita hadapi.
Belum dampak yang lain seperti pariwisata terkena paling parah minus di hampir 87%, lembaga kursus 285.000 instruktur tidak akan mendapat honornya karena menganggur, juga berapa puluh juta tenaga informal akan kehilangan pekerjaan.
Hal ini bukan hanya Indonesia tetapi dunia, hampir semua Negara besar dan berkembang terancam pengangguran besar-besaran.
Dari beban-beban tersebut pemerintah terlihat gagap memutuskan langkah karena menginginkan dampak resiko paling kecil baik untuk kepentingan masyarakat maupun managemen pemerintah sesudahnya, untuk itu para penghayat dilapisan masyarakat manapun dengan ketegaran spiritualnya hendaknya turun tangan meringankan suasana tersebut.
Melihat hebatnya tekanan dan apa yang akan dihadapi selanjutnya butuh sikap ketegaran spiritual bersama keluar dari tekanan tersebut, mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa kejernihan berpikir untuk membangun solusi bersama dalam menanggulangi covid-19 dengan ;
- Para pemimpin Negara dengan sikap “spiritual hamisesa” memayu hayu sesama dengan kerukunan semua pihak baik pemimpin pemerintah, tokoh agama dan kepercayaan serta semua tokoh golongan apapun bersatu, sambil berdoa membangun gotong royong untuk ketahanan Negara R.I bersama.
- Para pemimpin masyarakat, agama, kepercayaan dan golongan apapun melakukan edukasi mengajak masyarakatnya bersatu dengan sikap “spiritual wasesa” kedewasaan mandiri dengan berdoa membangun kebersamaan “gotong royong” mendukung pemerintah mengatasi masalah ini dalam kesatuan sikap.
- Peraturan Pemerintah yang masih memberi kesempatan bantuan pada masyarakat yang termasuk positif covid-19, yang masuk kategori PDP maupun ODP, tetapi juga petunjuk kesehatan tentang penggunaan masker, jaga jarak, tidak berkerumun, tidak mudik dll.
- Masyarakat menuruti penjelasan Pemerintah tentang penanggulangan kesehatan (seperti diatas), menjaga sosial distancing maupun tata aturan daerah.
- Masyarakat dengan ketegaran spiritualnya melaksanakan kearifan lokal ditempat masing-masing terutama kesehatan (jamu tradisional, dll) budaya dan ekonomi (lumbung desa, dll).
Gotong royong dengan hati nurani dengan kearifan lokal dalam bimbingan kuasa Tuhan Yang Maha Esa tentu akan mendapat solusi terbaik “Margi Rahayu” untuk semua masyarakat dalam sikap spiritual “Tuhan bersama kita”.
Rahayu
Bisma mayangkara – Hertoto Basuki
Anggara Kasih, 18 – 19 Mei 2020
Editor : Gayes Mahestu